“Bagaimana anak bisa bahagia jika orangtuanya tidak bahagia?” Tanya psikolog cantik Mbak Lizzie.
Grow Happy: Anak Hebat, Orangtua Terlibat |
Kami termangu.
Ya, Mengikuti acara seminar Grow Happy untuk Media dan Blogger yang diadakan Nestle Lactogrow di The Palis, Semarang benar-benar membuka mataku.
Pembicaranya saja keren-keren. Ada Sarastri Pramudita Brand Executive Nestle Lactogrow, Elizabeth Santosa, M.Psi, Psi, SFP, ACC yang akrab disapa Mba Lizzy, psikolog dan Dokter Spesialis Anak dr. Fatima Safira Alatas, Ph.D, Sp.A(K).
Every mom thinks child happiness is very important. Tapi, sudahkah kita berusaha mencapai kebahagiaan anak?
Aku tercenung. Kilasan berbagai peristiwa memenuhi kepalaku. Selama ini, aku sering berantem dengan anak keduaku Aldebaran yang berusia 8 tahun. Hehe, lucu kan berantem dengan anak kecil. Tapi, itu kenyataannya.
Seminar Lactogrow |
Kata suamiku, Aku dan Alde kayak Tom dan Jerry, tokoh film kartun legendaris itu. Iya, kedua tokoh, Tom dan Jerry tidak akur dan selalu berantem itu benar-benar menggambarkan kami.
Ada saja bahan berantem kami. Mulai dari jatah main Mobile Legend hingga jadwal belajar. Biasanya saking gemasnya kami saling teriak. Nggak banget deh. Malu sama tetangga, cyin!
Aku yang nggak sabaran, ketemu dengan Alde yang ngeyel. Cucok banget, haha. Nailah dan suamiku hanya geleng-geleng kepala melihat perdebatan kami.
Saat mengikuti kelas Grow Happy bareng Mbak Lizzie, aku merasa kilasan perdebatan kami di kepalaku. Teringat kata-kata yang terlontar saat aku marah. Juga balasan Alde yang dipenuhi kejengkelan.
Para mamak bahagia Gandjel Rel |
Apakah aku kurang bahagia? Hihi.
Ternyata, aku terlalu waspada dan suka mengatur anak. Semuanya harus berjalan sesuai keinginanku dan bila tidak terpenuhi, aku mutung dan jengkel.
Ternyata, aku terlalu waspada dan suka mengatur anak. Semuanya harus berjalan sesuai keinginanku dan bila tidak terpenuhi, aku mutung dan jengkel.
Sedangkan Alde adalah seorang anak kecil, tapi ia memiliki keinginan dan pemikiran sendiri. Ia akan protes jika permintaanya tak sesuai keinginannya. Ia akan protes jika aku memaksanya.
Padahal, menurut Mbak Lizzie, orangtua yang waspada dan overprotektif bikin anak jadi nggak percaya diri. Seberapa tinggi kewaspadaan kita berpengaruh pada anak.
Padahal, menurut Mbak Lizzie, orangtua yang waspada dan overprotektif bikin anak jadi nggak percaya diri. Seberapa tinggi kewaspadaan kita berpengaruh pada anak.
Semangat ikut seminar bergizi |
Mbak Lizzie mengajak para peserta untuk jujur pada diri sendiri dan menjawab beberapa pertanyaan, diantaranya:
1. Saya mencintai diri saya sendiri karena...
2. Saya berbakat dalam hal...
3. Saya merasa bahagia jika...
Sejak itu, aku berusaha lebih selow, kayak lirik lagu itu lho. Lebih santai dan menikmati hari demi hari. Bermain bersama anak-anak, jalan kaki di alun-alun sembari menemaninya main sepatu roda.
Memilih menulis di siang hari agar malam tidak usah lembur dan begadang. Mamak kurang bobok, sering jadi galak dan bertaring, haha. Sebelum menulis, senam zumba dulu dengan Ken, instruktur di tipi kabel.
Terus, shalat Dhuha baru deh kerja di depan laptop. Menurut Mbak Lizzie, hormon endorfin yaitu pembentuk rasa bahagia banyak dihasilkan ketika kita jatuh cinta dan berolahraga. Uhuk. I feel good! Teroreroreroret..
Dapat ilmu bermanfaat di Grow Happy |
Perasaan jadi lebih bahagia. Anakpun otomatis juga happy karena tidak jadi sasaran omelan emaknya karena masalah kecil.
Mulai hari ini berusaha membuat gratitude jar, sebuah kaleng yang berisi ucapan rasa syukur kita setiap hari. Misalnya karena hari ini dapat nilai bagus, main dengan teman dengan seru, berhasil menulis satu artikel dan banyak lagi kebahagiaan sederhana lainnya.
Kebahagiaan pada masa kecil membuat seseorang menjadi orang yang bahagia dan sukses di masa dewasanya. Kita nggak bisa memilih orangtua.
Every mom thinks child happiness is very important. Tapi, sudahkah kita berusaha mencapai kebahagiaan anak?
Anak nggak butuh harta dan mainan berlimpah, anak butuh keterlibatan orangtuanya. Bermain bersama anak, mendengarkan ceritanya dan pengalamannya hari itu di sekolah. Seperti slogan Kemdikbud, Anak Hebat, Orangtua Terlibat.
Lactogrow |
Sejak saat itu, Aku berjanji akan berubah, jadi ibu lebih baik, dan nggak teriak-teriak, banyak memeluk dan mencium anak-anak. Karena masa kecil mereka hanya sebentar, mereka akan beranjak dewasa dan mengejar cita-citanya. Dan aku akan kangen masa-masa mereka bawel dan lincah luar biasa.
Selanjutnya, ada dr. Fatimah yang cantik. Ia menjelaskan bagaimana kesehatan saluran cerna anak mempengaruhi tumbuh-kembangnya mereka. Yang mengejutkan, uraian dr. Fatima tentang pengaruh kesehatan saluran cerna terhadap timbulnya berbagai kelainan yang berhubungan dengan saraf, seperti tantrum dan autis.
Walaupun susu bermanfaat bagi pertumbuhan anak, ia menyarankan orangtua agar memberikan susu maksimal dua gelas per hari untuk anak. Dan jangan berlebihan. Juga mengurangi konsumsi gula. Alhamdulilah, senang sekali bisa datang ke acara yang bergizi buatku. Terima kasih, Nestle Lactogrow!
38 Komentar
Psikolognya sama di jakarta juga mbak lizzy, wah pokoknya kalau ibunya happy seisi rumah pasti happy kan ya termasuk bapaknya dan anaknya :)
BalasHapusKarna ku slow sangat slow...malah nyanyi aku hehehe iya anak kecil itu yang penting perhatian orangtua sih... Tapi 3 hal tadi harus aku terapin.. Harus mencintai diri sendiri...
BalasHapusAkupun juga sering jadi singa di rumah apalagi kalau Intan semaunya sendiri.pdhl anak2 memang begitu ya mbaakkk. Hahaha. Emang ibunya nih yang kudu banyak berubah. Makasig sharingnya ya mbak say 😘
BalasHapusSebaik mungkin, saya menyembunyikan kesedihan di depan anak. Jadi ia hanya tau cara tertawa dan bahagia. Biarlah dia menikmati masa emasnya dg keriangan di sekitarnya
BalasHapusSama kayak aku mbaaak, aku masih suka teriak2 ke anak2, huuhuu
BalasHapusAku baca tulisan Mbak Dew ini kok melow banget ya. Tulisan Mbak Dew ini singkat tapi bernas. Jaid ngaca sendiri, duh, aku sudah jadi orangtua yang bahagia dan membahagiakan anakku apa belum ya? Ngoreksi diriku sendiri. Thanks Mbak Dew.
BalasHapusSetuju banget aku ngalami banget parnoan jaman nadia kecil dlu walhasil nadia anaknya jd pemalu dan ga pedean. Hiks aku merasa bersalah banget makanya baby K sekarang aku berusaha lebih selow kaya dikau mbak. Dan bener juga kalo emaknya happy jauh dr marah2 anak2 juga jd happy ya
BalasHapusMom happy..kids happy.. Betul juga y mba..ibu yg bahagia akan menularkan kebahagiaan itu ke anak2nya..
BalasHapusHabis ikutan seminar ini udah berkurang belum berantemnya sama Alde, mba Dew? Hihi
BalasHapusHikshiks...kok sama ma aku juga yak...kdg jd felt guilty tp kok terulang trs...😭
BalasHapusMamak, itu senam zumba di ken ada di chnel apa? Hahaha, mamak butuh happy juga nih
BalasHapushiks aku juga nih suka teriak sama anak , kadang juga udah nyubit kalau anak berkemauan kuat dan ga mau mendengar. aku juga pengen deh hadir ke event2 begini biar jadi ajang curhat juga ya
BalasHapusAku ngakak di bagian kalimat, udah kayak tom n jerry, hahahaaa.... duhhh, maaf ya mbak
BalasHapusKalo ketemu anak yang ngeyel memang kita mesti menurunkan ego sebagai ibu ya mbak. Jadi inget si bungsu waktu seumuran Alde, ngeyel dan suka berteriak. Eh umur 3 tahun ding saat suka berteriak.
Aku dulu juga paling sering berantem sama anak pertama saat dia mulai mau ABG gitu. Asyik bgt ya acaranya bergizi gini.
BalasHapusMeski punya emak cerewet, bagi si anak, emak tetap yang terbaik
BalasHapusHihihihi aku banget nih, yang sangat over protektif. Terlalu khawatir hihihi
BalasHapusSaya juga sering berantem, tapi bukan sama anak (Karena belum punya.. Hehe) dan buka sama Emak. Berantemnya sama kakak kandung....
BalasHapusPersis kayak Tom and Jerry juga
Peran orang tua untuk anaknya memang sangat penting sekali..
BalasHapusIbu bahagia itu memang penting, karena mempengaruhi seisi rumah. Bahagiakan ibu tuh gampang banget, si ayah harus banyak-banyak ngasi perhatian sama uang belanja wkwkwkwk
BalasHapuskemarin baru saja seorang Ibu cerita ke aku, dia bagi pengalaman tentang dirinya yang terlalu protektif terhada anak2nya, alhasil sekarang si anak jadi penakut, tidak percaya diri, bahkan takut melakukan sesuatu sudah terbiasa diatur oleh si Ibu saat hendak berbuat.. si Ibu baru menyesal sekarang saat anak-anaknya sudah besar.
BalasHapusTerimakasih ya mba Dedew. Jadi merasa bersalah karena suka ngatur Rifqi. Habis Rifqi anaknya super hiperaktif. Kalau ga dilarang habis semua barang diberantakin hehehe
BalasHapusAnak-anak memang punya logikanya sendiri.
BalasHapusEmang kerasa banget sih, kalau ibu lagi bahagia, suasana di rumau lebih kondusif, tp kalau ibu lagi ga bahagia bisa dipastikan suasana rumah pun crowded 😂
BalasHapusJadi ingat kata murid2ku..
BalasHapusAku tuh g pernah marah..soalnya kLau marah sambil senyum... Jadi lucu.. Gubraak..
Ternyata emang g bagus y marah2 ..
Yuk mb grow happy..
Mb Lizzy, tempo hr jumpa di Medan diacara yang sama, kurang waktu bersama Mb Lizzy wkwkw mau curhat mulu bawaan ku mb 😁
BalasHapusHihihi...jadi inget diri sendiri yang suka berantem sam si sulung juga :) ya gimana ya itu kan naluri seorang ibu ingin yang terbaik untuk putra putrinya :)
BalasHapusDari ibu yang bahagia, akn menciptakan anak2 yang bahagia juga ya. Bahagialah wahai para ibu di Indonesia, agar anak2 Indonesia juga semakin bahagia.
BalasHapusOrangtua bahagia, anakpun akan ikutan bahagia 😀 its real
BalasHapusWay cool! Some very valid points! I appreciate you writing this write-up and the rest of
BalasHapusthe website is also really good.
Aga Rahmadani 29 Januari 2019 09.45
BalasHapusYep! Saya ikut kakek nenek dari kecil dengan peraturan yang ketat, walau memang ada baiknya. Tapi pas saya pertama kalinya hidup di luar, jadi rada aneh. Ngerasa tidak PEDE karena terngiang aturan di rumah. Untung ajah masih bisa adaptasi. Thanks sharing nya bu Dedew😍
BalasHapusDzulkhulaifah Rahmat
31 Januari 2019 22.40
Hhahaha kebayang sih gimana kalau sama anak cowok itu, saya pun mulai merasakannya ketika anak sudah bisa protes, sudah punya keinginan sendiri, gak mau diatur. Semua balik lagi ke orang tuanya ya, Mbak. Mungkin kita bisa lihat dari sudut pandang berbeda, sehingga yang remeh temeh enggak usah diributin lagi dan happy terus sama anak-anak
Larasatinesa 29 Januari 2019 12.43
BalasHapusIbuku suka teriak-teriak juga padahal anaknya udah gede semua itu kenapa ya mbak ahahaha, nambah ilmu nih mba jadinya nanti kalau aku punya anak bisa dipraktekkan hehe
Alley Hardhiani 28 Januari 2019 21.37
BalasHapusHmmm.... jadi ngerasa bersalah juga nih krn sering ngomel sama anak. Lagi berusaha buat lebih sabar lagi menghadapi anak dan juga lebih sering menemani dia main. Btw kyaknya ide gratitude jar-ya boleh dicoba nih. Biar makin mensyukuri hidup...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusIncredible story there. What occurred after? Good luck!
BalasHapus