Menjalani Masa New Normal di Tengah Pandemi Covid-19

Morning Sedulur,

Hantu pandemi Covid-19 masih membayangi kehidupan kita. Data per hari Sabtu (20/06), terjadi penambahan pasien positif corona 1226 orang sehingga jumlah penderita di Indonesia menjadi 45.029 orang. Pasien yang dinyatakan sembuh 17.783 dan pasien meninggal bertambah 56 orang menjadi 2429 orang (detik.com)

Menjalani Masa New Normal di Tengah Pandemi Covid-19
Keadaan ini membuat perasaan kita campur-aduk karena saat ini pemerintah menggaungkan masa New Normal atau Normal Baru dimana  daerah yang kemarin menjalani PSBB dan karantina kini dibuka karena alasan ekonomi.

Jadi ingat, New Normal bukan berarti pandemi covid-19 sudah berlalu dan kita sudah bebas dari virus mematikan itu. Hal ini aku terus ulangi karena suasana di daerahku saat ini seolah kita sudah bebas Covid-19 dan bebas beraktivitas apapun di luar rumah tanpa masker dan jaga jarak!

Kerumunan orang di tempat umum seperti mal, kafe, pasar, gym, hingga alun-alun dan lapangan olahraga menunjukkan euforianya masyarakat akan masa New Normal. Setelah dikurung tiga bulan di rumah akhirnya bebas keluar rumah dan melakukan apapun. Merdeka!

Menjalani Masa New Normal di Tengah Pandemi Covid-19

Berbagai postingan Instagram menunjukkan orang-orang sudah mulai berkumpul, nongkrong bareng di tempat umum dengan hastag #NewNormalLife. Sungguh keadaan yang membuat patah hati. Bagaimana penularannya tidak makin bertambah pesat? Ya, selain mungkin karena rapid test yang diadakan pemerintah dan pihak terkait makin banyak dilakukan sehingga makin banyak yang terdeteksi.

Ingat, situasi tidak seindah itu, Kawan. Hantu Covid-19 masih membayangi langkah kita. Karena itu, jika memang tidak terlalu penting, tetaplah tinggal di rumah bersama anak-anak kita. Berbeda dengan suamiku dan para pekerja yang sejak awal memang tidak bisa Work at Home karena pekerjaannya di lapangan yang menuntut mereka untuk mobile. Mereka harus keluar rumah.

Ingat, Situasi belum aman. Walaupun protokol kesehatan dijalankan di mana-mana, kita sangat rentan terpapar di tempat umum. Ingat, Virus Covid-19 bisa bertahan lama menempel di suatu benda. Bayangkan, jika anak-anak berkeliaran di taman kota memegang pegangan tangga, kursi taman, tiang ring basket dan berbagai benda lainnya lalu tidak mencuci tangannya? Atau ketika berkumpul bermain sepeda dan mengobrol, ada temannya ternyata penderita tanpa gejala? Seram, bukan?

Apa itu Rapid Test?

Pemerintah makin giat melakukan tes Rapid secara acak pada orang-orang di tempat umum. Hal ini dilakukan agar bisa mendeteksi siapa saja yang berpotensi menyebarkan virus ini. Tes ini dilakukan biasanya pada orang yang sedang demam, punya riwayat kontak dengan pasien ODP dan PDP, punya riwayat perjalanan ke daerah rawan, serta orang yang pekerjaannya sering berinteraksi dengan orang lain seperti tenaga medis dan petugas bandara.

Menjalani Masa New Normal di Tengah Pandemi Covid-19

Rapid test adalah metode pemeriksaan awal untuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG pada tubuh kita. Kedua antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Covid-19. Jika antibodi ini terdeteksi pada seseorang berarti ia pernah terpapar virus Covid-19, ya.

Rapid test dilakukan dengan mengambil sampel darah di ujung jari lalu diteteskan di alat rapid test yang bentuknya mirip alat pengetes kehamilan. Alat ini kemudian ditetes lagi dengan cairan penanda antibodi. Hasil tes akan terlihat dalam waktu 10-15 menit. Jika hasilnya positif berarti ia pernah terkena virus sedangkan jika hasilnya negatif bukan berarti ia bebas Covid-19. Bisa saja ia kini sudah terkena tapi tubuhnya belum membentuk antibodi. Untuk itu, ia harus dikarantina di rumah dan mengulang rapid test tujuh hari kemudian.

Apa Yang Dilakukan Saat Tes PCR atau Swab?

Bagaimana jika hasil rapid test positif? Maka, orang itu harus menjalani PCR Test (Polymerase Chain Reaction) atau tes swab yaitu cek laboratorium untuk mendeteksi material genetik virus atau bakteri. Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel dahak, lendir atau cairan dari nasofaring (bagian antar mulut dan tenggorokan) lalu diperiksa dan hasilnya akan keluar 2-4 minggu kemudian. Tes PCR ini tak hanya bisa mendeteksi penyakit karena virus Covid-19 tapi juga penyakit lain seperti hepatitis. Tes PCR ini akan memastikan hasil Rapid Test yang positif sebelumnya.

Menjalani Masa New Normal di Tengah Pandemi Covid-19

Perlu menjalani Tes PCR? Coba buka website HaloDoc.com, kita bisa mendapatkan list rumah sakit dan klinik yang menerima pemeriksaan PCR Test termasuk biayanya. Kita bisa memilih rumah sakit yang terdekat dari rumah. Website HaloDoc ini memudahkan kita untuk mendapatkan berbagai informasi tentang kesehatan termasuk informasi Covid-19. Di web ini, kita juga bisa berkonsultasi kesehatan secara online dengan para dokter yang kompeten. Semoga informasi yang aku bagikan bermanfaat ya Sedulur. Ingat, tetap tinggal di rumah dan jaga kesehatan! 

Foto: www.pixabay.com.


Posting Komentar

18 Komentar

  1. Iya betul sekrg korban Covid-19 di Indonesia malah makin naik ya mb.byk org keluar tidak pk masker...ngeri bgt

    BalasHapus
  2. Berarti sekali test bisa deteksi nggak cuma reaktif sama Covid 19, tapi deteksi lainnya juga ya

    BalasHapus
  3. aku sudah pernah rapid test untung dibayarin, kalo gak. mayan juga bayarnya kan yah

    BalasHapus
  4. jadi gak usah main termo gun lagi ya, haha. dengan tes hasilnya lebih bisa dipertanggungjawabkan

    BalasHapus
  5. Setuju. Keamanan utk kondisi kesehatan lingkungan kita belum pulih kembali. Bahkan mungkin tidak akan pernah pulih. Oleh karna itu wajib bagi kita untuk terus hati2.

    BalasHapus
  6. Sampai saat ini Yuni tetap patuh sama protokol kesehatan. Dan nggak berniat untuk lalai. Pokoknya berusaha semampu membentengi diri sendiri. Semangat...

    BalasHapus
  7. Aku sama sekali belum kemana mana mbak huhu, gak yakin dg new normal di daerahku

    BalasHapus
  8. Aku suka ngilu kalo lihat orang menjalani pcr. Alat seperti cotton bud yang panjang dimasukkin ke hidup. Smoga ga sampai deh tes swab dan ga terkena covid. Aamiin. .Stay safe makdew

    BalasHapus
  9. Iya patah hati banget liat orang2 nganggel new normal seakan2 smua udah baik2 aja. Gimana mo cepet kelar ya mbak xovid di indonesia

    BalasHapus
  10. Nah..memang harus diulang-ulang ya mba.. New Normal ini bukan berarti pandemi usai shg bebas kemana-mana tanpa protokol kes. Duh sedih deh masih banyak yg salah paham..

    BalasHapus
  11. Perlu edukasi lebih lanjut tentang rapid test dan swab test mbak, karena masyarakat awam banyak yang masih bingung bahkan takut terhadap test ini.

    Mungkin perlu bantuan pejabat RT setempat supaya masyarakat bersedia melakukan rapid tes secara sukarela.

    Dengan adanya aplikasi dari halodoc bisa semakin memudahkan untuk melakukan rapid tes ya mbak. Semoga masyarakat akan semakin cerdas menyikapi pandemi ini aamiin.

    BalasHapus
  12. Iyes, sekaranh fasilitas kesehatan gampang banget buat diakses. Yuk manfaatkan..

    BalasHapus
  13. Untuk di desa saya sepertinya belum ada yang rapid tes termasuk saya, semoga masih aman-aman saja sampai kondisi memang sudah benar-benar aman

    BalasHapus
  14. Kalau yang lain masih ngeyel dna nggak aware minimal kita tetep harus stay safe, healthy and aware

    BalasHapus
  15. Ngebayangin PCR test kok rasanya ngeri-ngeri sedap. Kayaknya kok mending di rumah aja, meminimalisir ketemu orang dalam jumlah banyak

    BalasHapus
  16. Bener mbak, new normal belum tentu aman untuk keluar rumah ya. Etapi hari ini aku akhirnya ikutan event dengan undangan terbatas. Tadi juga dicek suhu tubuh, pakai masker, dan jaga jarak juga. Aku belum nyoba tes covid, yang butuh keluar kota kayaknya harus ikut tes ini ya mbak

    BalasHapus
  17. Semoga wabah lekas berlalu. Semoga kota makin produktif di era kewajaran baru

    BalasHapus
  18. di rumah sakit daerah di sini juga sudah membuka layanan rapid tes, yang lumayan mahal juga. semoga pcr menyusul untuk pasien umum

    BalasHapus