Morning Sedulur,
Jumat malam (04/10), Mimin Semarang Coret menghadiri Mini Talkshow bersama penulis novel produktif Semarang, Wiwien Wintarto dan moderatornya Mbak Tirta Nursari dari Warung Pasinaon, Bergas. Acara ini merupakan rangkaian acara Pameran Buku Kabupaten Semarang.
Beberapa hari sebelumnya, sudah diadakan dua acara Bincang Penulis oleh Warung Pasinaon, Taman Baca yang aktif dan kreatif di Kabupaten Semarang pada acara Pameran Buku ini. Dan acara Mas Wiwien adalah penutupnya. Sebelum membahas tentang acara seminar kemarin, kita kenalan dulu dengan Mbak Tirta Nursari, penggagas Warung Pasinaon di Bergas, Kabupaten Semarang.
Tahun 2007, Mbak Tirta Nursari mendirikan Taman Bacaan Masyarakat Pasinaon di rumahnya di daerah Bergas, Kabupaten Semarang.
Berawal dari keprihatinan beliau karena di daerah sekitar tempat tinggalnya banyak anak buruh pabrik yang kurang terurus. Ya, orang tua mereka adalah buruh pabrik yang sibuk bekerja. Anak-anak pun sendirian di rumah, kurang terurus, dan terpapar kenakalan remaja dan masalah pergaulan bebas.
Foto bersama dengan para penanya |
Mbak Tirta lalu mengumpulkan buku-buku bacaan dari kantongnya sendiri untuk melengkapi koleksi taman bacanya. Lalu mengajak anak-anak dan warga untuk membaca buku di rumahnya. Syukurlah, keinginannya didukung penuh oleh sang suami.
Mbak Tirta ingin anak-anak suka membaca dan wawasannya semakin terbuka, tidak mudah ditipu dan bersemangat untuk maju. Ya, keterbatasan ekonomi bukan berarti anak-anak tidak boleh bermimpi. Tirta ingin anak-anak lebih bersemangat untuk maju setelah diajak membaca buku yang menginspirasi.
Kini, setiap hari puluhan warga datang untuk membaca di rumahnya. Anggota Pasinaon kini sekitar 300 orang dan kebanyakan anak-anak. Setiap sore atau hari libur, mereka datang ke taman baca untuk belajar, membaca serta mengerjakan PR.
Berbeda sekali keadaan ketika ia baru saja mendirikan taman bacaan ini. Ia kerap dicibir karena mendirikan perpustakaan yang tidak mendatangkan profit untuk keluarganya.
Banyak orang memandang sebelah mata dengan niatnya mencerdaskan masyarakat di lingkungannya. Apalagi, dulu kegiatan membaca dianggap hanya membuang waktu dan hanya untuk pemalas. Tak kenal lelah, Mbak Tirta berhasil mengubah stigma negatif ini.
Nailah dan Om Wiwien Wintarto |
Kini, Mbak Tirta juga kerap mengadakan pelatihan di taman bacanya. Ia mengundang para narasumber yang ahli di bidangnya. Salah satu kegiatan saat bulan Ramadan lalu adalah membuat pelatihan membuat video pendek memakai ponsel serta belajar menulis artikel untuk anak dan remaja. Seru ya! Kreatif sekali kegiatan Taman bacaan masyarakat Pasinaon di Bergas, Kabupaten Semarang.
Oh iya, selain Mas Wiwien, Mbak Tirta juga memperkenalkan penonton pada Abe Tanaya, penulis buku Responsibol. Uniknya, Abe masih duduk di kelas 4 SD dan baru berusia 9 tahun. Buku bergambar ini ia tulis dalam waktu dua Minggu untuk mengisi liburan sekolah. Ilustrasi bukunya dikerjakan oleh ayah Abe, Mas Heri Tanaya dari Dreamlight Studios. Buku Responsibol dicetak sendiri dan dibagikan untuk teman-teman dan guru Abe. Keren ya!
Sekarang kita bahas isi acaranya yang bergizi ya. Mas Wiwien adalah novelis andal asal Semarang. Ia kebanyakan menulis novel teenlit dan chicklit di Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sekarang, ia kembali meluncurkan novel terbaru. Kali ini buku anak berjudul Duo Detektif, Sabotase Lokomotif B2503. Mas Wiwien penulis serba bisa, ey!
Membaca buku anak adalah jembatan Mas Wiwien menuju dunia penulisan. Buku Sersan Grung-Grung karya Dwiyanto Setyawan dan Novel Noni karya Bung Smas adalah buku-buku yang ia sukai dan pelajari saat baru terjun ke dunia penulisan.
Lapak buku Penulis Kabupaten Semarang |
Saat menulis, kita tidak dibatasi apapun. Bagaimana orang dewasa menulis buku remaja?
Siapapun bisa menulis apapun, tidak sesuai dengan isi, usia, latar belakang sang penulis.
Ketika kita menekuni dunia penulisan, kita akan menemukan pintu-pintu baru di dunia kepenulisan. Kita akan mencoba mengeksplorasi tema dan genre baru. Walaupun bukan anak-anak, kita bisa memotret dunia mereka untuk kita tulis menjadi buku anak.
Untuk buku anak, satu kalimat maksimal sepuluh kata. Kita harus menyederhanakan pemikiran, permasalahan dan bahasa kita. Dibuat lebih simpel tapi tidak kehilangan daya tarik.
Buku anak terbaru Mas Wiwien ini memiliki pesan tapi tidak dijadikan dasar penulisan bukunya. Tokoh dalam bukunya ada anak tuna rungu dan salah satu pesannya tentang menghargai sesama manusia.
Buku anak dibuat fun dan menyenangkan dulu, pesannya belakangan. Jurus Disney patut kita tiru yaitu karya yang lucu dan menggemaskan, ceritanya menyenangkan, gambarnya menarik, imajinatif dan penuh fantasi. Kita bisa membuat cerita dengan tokoh hewan lucu, pohon, mainan, pokoknya fun. Anak-anak juga suka cerita yang lucu dan menggemaskan.
Menurut psikolog, cerita anak cukup sulit. Kita harus menyelami cara berpikir anak. Padahal range usia anak membedakan cara berpikir anak. Kalau usianya cukup besar, bisa lebih berimajinasi lebih tinggi.
Kisah nyata bisa dijadikan buku tapi kadang kurang menarik bagi pembaca. Karena itu, harus ada tensinya, dibumbui unsur fiksi, tokoh fiktif, agar lebih menarik ceritanya. Harus ada titik konflik yang membuat pembaca penasaran. Kita harus punya rencana mau dibawa ke mana kisah kita.
Jika tulisan kita mentok, ayo membaca dan jangan batasi bacaan kita. Coba genre lain agar wawasan kita lebih terbuka. Dari apa yang kita baca, besar kemungkinan kita akan terkejut menemui banyak hal baru, yang akan memperkaya tulisan kita.
Mas Wiwien tadinya tak suka buku sejarah, tapi ia membaca buku Bumi Manusia dan mendapat kejutan, insight baru.
Kemampuan memerdekakan pikir.
Mungkin keseretan yang kita alami karena kita masih takut dengan apa yang terjadi dengan tulisan kita nanti. Jadi, lagi-lagi perluas bacaan dan tontonan. Kita harus meliarkan pemikiran kita.
Jadi, jika tren berganti, kita bisa tetap menulis sesuai pergerakan zaman, tanpa terpental, memerdekakan diri sendiri untuk menulis apa saja. Membebaskan diri kita untuk berpikir.
15 Komentar
Wah! Terima kasih sharingnya, Mbak. Bermanfaat banget.
BalasHapusMemang bikin cerita anak itu susah kok. Udah ikut kelasnya mbak dedew aja aku belum pinter juga. Harus lrbih banyak baca nih kayanya
BalasHapusMas Wiwin ini penulis serba bisa ya? Novel remaja oke, ngerjain novel anak juga hayuk. Mantaps ... Salut buat beliau
BalasHapusaku kangen ikut pelatihan, diskusi, dll, seputar menulis nih, biar bisa seperti dulu. kayaknya arkaan sudah agak besar dan lumayan anteng jadi bisa diajak kopdar, kalau dulu kan lari-lari hahaha
BalasHapusKemampuan memerdekakan pikir. Aku yang ini belum bisa mbak. Sepertinya harus makin banyak menulis. Kadang suka takut sama komentar2, yang padahal mungkin membangun kita untuk terus berkarya lebih baik ya.
BalasHapusKeren juga ya mbak penulis Responsibel itu. Usianya masih kecil tapi mampu menyelesaikan buku dalam waktu 2 minggu, salut deh ama Abe Tanaya
BalasHapusSelalu salut sama mereka yang berhasil buka Taman Bacaan Masyarakat, aku dulu pernah punya keinginan itu. Tapi kok masih belum rela dengan resikonya, buku hilang, lecek dan sebagainya. Jadilah sampai sekarang belum terlaksana.
BalasHapusAaah, mas Wiwin semakin kece yaa.. udah lama nggak ketemu beliau :)
Selalu kagum dg para penulis..utamanya penulis anak. Angkat jempol tinggi2 utk mereka..
BalasHapusTernyata buku bacaan anak yang dilahap Mas Wiwin kok sama denganku ya. Aku penggemar berat Sersan Grung Grung, Imung dan Noni pada masanya. Sampai lengkap punya semua. Hiks...gara-gara rayap sekarang semua sudah sirna tak berbekas. :(
BalasHapusDua penulis panutan ni. Ya Mas Wiwien, ya Nailah. Semoga bisa mengekor jejak mereka, akhirnya bisa punya buku sendiri dan tentunya bermanfaat. Aamiin
BalasHapusAku mau kopdaran atau ikutan acara om Wien ini belum sempat melulu Teh
BalasHapusdek Nailah keren, udah ketemu dan nimba ilmu langsung. Keren.
Aku ini tipe penikmat bukan pembuat hehehhe jadi suka salut sama para penulis yang idenya ngalir terus dan cerita yang dibuat asyik untuk dinikmati
BalasHapusRamah dan produktif mmg mas Wiwin. Salut banget. Kpn2 klo ada workshop beliau..aku mau dong dicolek.
BalasHapusWah.. ternyata bikin buku anak2 tu susah y mb
BalasHapusdari dulu kepingin banget bisa menulis cerita anak-anak, tapi entah mengapa ketika sudah tua rasanya imajinasi ini mentok dan nggak keluar. beda dengan saat masih kanak-kanak dulu. inilah mengapa orangtua jangan suka membatasi kreatifitas anak untuk berkhayal. karena bisa jadi khayalan itu akan menjadi suatu cerita yang mengagumkan dikemudian hari.
BalasHapus