Meningkatkan Minat Baca Anak Melalui Perpustakaan Sekolah

­­

Meningkatkan Minat Baca Anak Melalui Perpustakaan Sekolah. Morning Sedulur, Minat baca masyarakat Indonesia ternyata masih memprihatinkan. 

Anak SD suka membaca buku dan menulis

Menurut studi Most Littered Nation in The World yang diadakan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca.

Hal ini tentu saja menjadi tamparan telak bagi kita, warga Negara Indonesia (Sumber: kompas.com, 29/08/2016). Untuk itu, Pemerintah melakukan berbagai hal untuk meningkatkan minat baca ini.

Salah satunya dengan membuat program gerakan membaca 15 menit tiap hari sebelum mulai belajar di sekolah. Setiap anak bebas membaca buku atau majalah yang disukainya. Kegiatan ini merangsang anak untuk menyukai kegiatan membaca dan menunggu-nunggunya setiap hari.

Ya, membaca buku banyak manfaatnya. Mulai dari menambah ilmu pengetahuan, membuka wawasan, menjadi sumber ide hingga menghibur kita yang sedang penat.

Menurut Anies Baswedan, penggagas Indonesia Mengajar, membaca harus menjadi budaya kita. Mencontoh orang barat atau Jepang, kegiatan membaca menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Melihat orang membaca di bus atau kereta bukan hal asing di Jepang. 

Untuk menjadikan membaca sebagai budaya, tentu saja harus menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan sehari-hari yang jika ditinggalkan terasa hampa hidup ini.

Masih menurut Anies Baswedan di artikel Kompas.com,  budaya membaca hadir karena kebiasaan. Kebiasaan membaca bisa tercapai karena rutin membaca setiap hari.

Jadi, untuk meningkatkan minat baca untuk anak, kita harus membiasakan mereka membaca setiap hari. Kita selipkan jadwal khusus membaca buku diantara kegiatan anak-anak setiap hari. 

Sekolah dan rumah bisa menjadi tempat kondusif untuk membudayakan kebiasaan membaca anak. Pihak sekolah, guru dan orangtua bisa bekerja sama dalam program meningkatkan minat baca anak-anak.

Ya, kekompakan sebagai tim dibutuhkan, ya agar minat baca meningkat. Di rumah, orangtua bisa membacakan buku untuk anak sebelum tidur (read aloud), mendongeng dan membiasakan memberi buku sebagai kado istimewa saat anak naik kelas, ulang tahun atau perayaan lainnya.

Sebisa mungkin, anak dikenalkan buku sejak usia dini. Bukannya memberi balita dan anak gadget seperti tablet atau ponsel yang berefek kurang baik misalnya berkurangnya daya konsentrasi anak.

Pemberian gadget untuk anak tidak disarankan oleh AAP atau American Academy of Fediatrics, Akademi Dokter Anak Amerika. 

Yang harus diingat, pilihlah buku sesuai usia dan minat anak. Baca terlebih dahulu buku yang kita beli sebelum diberikan pada anak. Jika anak suka dinosaurus, kita bisa memberinya buku ensiklopedia tentang dinosaurus. Mereka pasti suka sekali!

Lalu, bagaimana meningkatkan minat baca di sekolah? Menurut penulis, kita bisa mencapai tujuan meningkatkan minat baca di sekolah dengan memaksimalkan peran perpustakaan sekolah.

Selama ini, banyak perpustakaan sekolah yang belum dikelola maksimal, bukunya pun belum beragam sehingga minat anak untuk berkunjung ke perpustakaan masih kurang.

Stigma perpustakaan masih menjadi tempat angker dan membosankan masih melekat di benak anak-anak.

Menurut penulis, ada beberapa cara untuk memaksimalkan perpustakaan sekolah sebagai tempat untuk meningkatkan minat baca anak. Diantaranya dengan cara:

­­
1.       Menambah Koleksi Buku Anak secara Berkala

Koleksi buku yang minim menyurutkan anak untuk rajin membaca. Untuk mengatasinya, pihak sekolah bisa menambah koleksi buku perpustakaan secara berkala.

Caranya bisa membeli langsung ke penerbit agar dapat diskon atau membeli saat pameran buku karena harganya lebih miring.

Jika belum ada dana, kita bisa bekerja sama dengan pihak perpustakaan daerah untuk menggilir buku mereka di sekolah kita. Jadi, perpustakaan daerah meminjamkan buku koleksinya untuk perpustakaan sekolah dan ditukar secara berkala. 

Ayo menulis dan membaca buku sejak dini

Pihak sekolah juga bisa proaktif mengirimkan proposal menambah koleksi buku ke berbagai pihak misalnya penerbit.

Beberapa kali penulis mendapatkan info penerbit dan perusahaan menjalankan program CSR (Customer Service Responsibility), dengan membuka kesempatan bagi perpustakaan dan taman bacaan mendapatkan buku secara gratis.

Teman penulis yang bekerja di perpustakaan sebuah sekolah dasar di Ungaran pernah mendapatkannya. Sekolahnya mendapatkan kiriman paket buku cukup banyak dari salah satu penerbit. Asyik, kan?

Untuk menambah koleksi perpustakaan, cara sebuah sekolah dasar di Ungaran bisa ditiru. Yaitu tiap tahun ajaran baru, murid baru wajib membawa dua buah buku cerita anak. Setiap tahun ada 100 murid baru. Nah, lumayan kan menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah?

2.       Bikin Program Mendongeng atau Bercerita Rutin

Mendongeng atau baca buku bersama adalah kegiatan yang seru untuk anak-anak. Mengajarkan sesuatu lewat bercerita, biasanya akan lebih mudah ditangkap anak-anak.

Membacakan buku untuk anak sangat dahsyat manfaatnya seperti yang ditulis Jim Trelease dalam bukunya Read Aloud Handbook. Diantaranya meningkatkan ikatan emosional, melesatkan kemampuan anak membaca, menulis, berbicara, serta menambah semangat anak untuk belajar.

Mendongeng  bersama  Kak  Andi  Yudha  Isfandiyar 

Apalagi, bila penceritanya atraktif, bisa membacakan buku dengan menarik. Kegiatan membacakan buku ini tidak pernah gagal untuk membantu penulis menghidupkan suasana kelas saat mengisi acara kelas menulis di sekolah-sekolah.

Ya, agar anak tertarik baca buku, kita bisa rutin mengadakan kelas story telling di perpustakaan sekolah atau kelas. Penceritanya bisa ibu atau bapak guru, pustakawan hingga anak-anak sekolah itu sendiri sekalian untuk melatih keberanian anak-anak untuk tampil di depan umum.

Pilihlah buku dongeng yang menarik ceritanya dan gambarnya bagus. Apalagi kalau berwarna-warni. Pasti mereka tertarik menyimak. Jika sudah dibacakan, biasanya anak ingin membaca buku itu sendiri, sekali lagi.

3.       Kunjungan Wajib ke Perpustakaan Sekolah

Agar menarik minat anak membaca, pihak sekolah bisa membuat program wajib ke Perpustakaan Sekolah. Misalnya dalam waktu seminggu, harus ada kunjungan ke perpustakaan dua kali seminggu, misalnya. Jika terpenuhi, anak dapat tanda satu bintang emas, misalnya sebagai reward.

 Jika anak meminjam buku, ada bonus satu bintang emas. Yang dapat bintang emas terbanyak setiap bulan akan mendapatkan hadiah buku cerita dari perpustakaan. Menarik, kan!

Awalnya, mungkin saja merupakan siksaan atau sekadar memenuhi kewajiban tapi lama-kelamaan berkunjung ke perpustakaan sekolah bisa menjadi hobi yang mengasyikkan untuk anak-anak. Apalagi jika buku koleksinya memadai dan penataan perpustakaannya nyaman. Pasti anak-anak betah.

Selain itu, Anak-anak juga bisa diajak ke toko buku atau perpustakaan daerah yang ada di kota masing-masing. Selain sebagai sarana belajar di luar ruangan, pihak sekolah dan gur­­­u juga bisa meningkatkan ketertarikan mereka pada buku.­­­­

4.       Diskusi Buku Bersama

Untuk meningkatkan minat baca anak, sekolah bisa mengadakan kegiatan baca buku bersama dan mendiskusikannya di kelas atau perpustakaan sekolah.

Pilih novel atau kumpulan cerita yang tak hanya menghibur tapi juga bisa mengasah perasaan dan pemikiran anak. Jangan lupa, pilihan bukunya disesuaikan dengan usia anak didik, ya. 

Kita bisa memilih buku sastra klasik baik dari dalam negeri atau terjemahan. Misalnya buku Robohnya Surau Kami karya A.A Navis atau The Little Prince tulisan Antoine De Saint Exupery. Tapi, bagaimana mendapatkan bukunya?

Caranya cukup mudah. Misalnya saja, perpustakaan memiliki stok buku cerita klasik sebanyak 15 buku. Buku-buku ini bisa dipinjamkan kepada anak-anak untuk dibaca.

Jika stok buku tidak cukup, bisa dibaca bergiliran atau dibaca bersama di sekolah. Read Aloud. Pilih buku yang tidak terlalu tebal. Satu halaman per hari, misalnya. Selama 10 menit sebelum jam istirahat atau jam pulang sekolah.

Baca  buku  yuk 

Kita juga bisa memanfaatkan waktu dari Program Membaca 15 Menit sehari kita untuk berdiskusi tentang sebuah buku bersama-sama.

Tapi, jangan hanya membaca bersama, ya. Setelah masing-masing anak telah membaca bukunya, kita bisa mendiskusikan buku itu bersama.

Menanyakan kesan-kesan anak terhadap buku yang baru saja dibacanya. Apa pendapat mereka, apakah mereka suka bukunya atau tidak.

Banyak hal yang bisa digali dari diskusi buku tersebut. Anak juga jadi terlatih mengungkapkan pendapat dan pemikirannya di depan umum.

5.       Membuat Lomba Berkaitan Minat Baca Secara Rutin
Untuk meningkatkan minat baca anak, pihak sekolah dan perpustakaan bisa mengadakan berbagai lomba skala kecil secara rutin. Bisa sebulan sekali atau per tiga bulan.

Lombanya bisa berupa lomba menulis ulasan atau review anak terhadap satu buku kesukaannya, atau lomba story telling, dimana anak membacakan buku pilihan sesuai seleranya.

Jadi, mereka akan lebih bersemangat mengulas sebuah buku jika diadakan kompetisi dengan hadiah menarik. Hadiahnya berupa buku cerita untuk menyemangati anak membaca dan berkarya.  

Nah, itulah beberapa usul dari penulis untuk menjadikan membaca di sekolah menjadi suatu kebiasaan, sehingga kita bisa meningkatkan minat baca anak melalui perpustakaan sekolah. Semoga bermanfaat dan bisa diaplikasikan di sekolah anak kita ya. Mari bersenang-senang baca buku, anak-anak!









Posting Komentar

2 Komentar

  1. Menambah kolksi buku itu penting banget ya mbak?
    Jd keinget sejak SD suka ke perpus, sampai suatu saat bingung krn semua buku udah pernah dibaca :(
    Semoga programmnya jalan terus TFS :)

    BalasHapus
  2. Aku jaman masih tinggal di Jogja punya perpustakaan keliling atau nemenin baca anak-anak di tempat penitipan. Iya, banyak yang ga suka baca karena ga ada yang ngenalin kalo buku itu menyenangkan. Biasanya tiap datang ke tempat baru butuh berkali-kali sampai mereka tahu buku itu seru untuk dibaca.

    BalasHapus