Kenal Lebih Dekat dengan Wage. Morning Lur, Hari Jumat (21/07), Mimin menghadiri acara syukuran syuting film Wage di Tekodeko Koffiehuis Semarang.
Wage bersama Mimin Semarang Coret hehe |
Acara berlangsung meriah karena dihadiri para pemain dan kru, pejabat, hingga blogger dan media. Saat diundang, Mimin antusias banget. Beneran, bakal ada film tentang WR. Soepratman dan syutingnya di Kota Lama? Wah!
Pas di TKP, hadir beberapa pemain yang mengenakan gaun dan jas yang tren sekitar tahun 1920-an. Duh, berasa masuk lorong waktu!
Film biopik ini mengangkat kisah kehidupan Wage Rudolf Soepratman, komponis berbakat yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Generasi saat ini hanya mengenal beliau, WR. Soepratman pemuda berbakat seni kelahiran Desa Samongari Purworejo, Jawa Tengah sebagai pencipta Indonesia Raya.
Padahal Lur, setelah diadakan riset mendalam oleh pihak film Wage, banyak banget hal yang tak terungkap sekaligus menarik dan nyentrik dari Wage.
Banyak orang tak tahu Wage, panggilan akrab WR. Soepratman adalah seorang novelis, penggemar musik klasik, jago tap dance, main biola dan piano serta bersemangat sekali berjuang untuk bangsanya.
Banyak orang tak tahu Wage, panggilan akrab WR. Soepratman adalah seorang novelis, penggemar musik klasik, jago tap dance, main biola dan piano serta bersemangat sekali berjuang untuk bangsanya.
pak azuzan jg berakting pakai bahasa Belanda |
Ya, usia beliau singkat, meninggal pada tahun 1938 dan diketahui tak menikah, ia juga tak sempat mengetahui karyanya menjadi lagu kebangsaan Indonesia tapi perjuangannya sangat menginspirasi. Semoga karyanya jadi amal jariyah ya Lur, aamiin. Film biopik ini mengisahkan Wage dari usia 10-35 tahun dengan latar belakang Politik Etis Belanda.
Rukiyem, Wage dan Fritz |
Film ini didukung pemain pendatang baru berbakat seperti Rendra Bagus Pamungkas yang berperan sebagai Wage, Putri Anindya sebagai Rukiyem, kakak tersayang Wage yang kuat, penyayang dan bersuamikan orang Belanda. Putri Anindya pernah menjadi presenter Jejak Petualang yang hits di TV.
Menurut Putri, film ini wajib tonton, dialognya indah dan menyentuh hati. Kenyataan bahwa ia belum terkenal menjadi keuntungan tersendiri karena orang akan fokus pada Rukiyem, bukan pada pemerannya.
sutradara John De Rantau |
Ada juga Tengku Rifnu Wikana, aktor watak sebagai Fritz si antagonis. Tengku ini pernah berperan jadi Jokowi. Bo, suaranya berat dan berwibawa. Akk! Ia berjanji akan berakting semaksimal mungkin.
Ada Om Eki Lamoh, vokalis band rock Edane yang menjadi Schoulten guru Wage dan selalu menyemangati pemuda itu untuk membangun bangsanya. Menurut beliau, Hari Musik Nasional diambil dari tanggal kelahiran Wage, 03 Maret. Jadi tiap tahun, Bangsa Indonesia merayakan ulang tahun Wage.
sukses yaa Putri Anindya syutingnya |
Film ini diproduseri Pak Subchi Azal Tsani dari Rumah Produksi PT. Opshid Media Untuk Indonesia Raya. Menurut Pak Subchi, jarang sekali generasi muda kenal Wage. Lewat film ini, ia ingin banyak pemuda terinspirasi olehnya.
blogger Semarang bareng Tengku Rifnu si Fritz |
Ia berharap film ini bisa tayang pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober mendatang karena film ini tak hanya mengobarkan semangat Nasionalisme tapi juga semangat toleransi Wage harus dikenang. WR. Soepratman menciptakan lagu kebangsaan Indonesia yang memiliki lirik puitis dan sarat pesan cinta tanah air, ungkap Pak Subchi bersemangat.
Bersama Pak Eki Lamoh Edane yang ramah |
Oh iya, mimin terkesan acting coachnya Azuzan JG, lelaki berpenampilan nyentrik ini adalah Dosen IKJ yang kini menetap di Belanda. Tapi jangan ragukan Nasionalisme beliau, KTP nya saja masih NKRI, canda Kak Al dari Kopiers Indonesia.
Menurut Pak Azuzan, sosok Wage setelah melalui riset panjang, ternyata sangat menginspirasi. Pak Azuzan juga membaca dialog Wage dalam Bahasa Belanda, kereeen!
suasana syuting perdana Wage di Kota Lama (Foto: Mara Solehah) |
Bagi Rendra, pemeran Wage. Terpilihnya ia menjadi Wage merupakan kehormatan tersendiri juga tantangan besar karena ia aktor, bukan musisi.
Ia harus belajar main biola dan tap dance agar makin meyakinkan sebagai Wage. Rendra juga melakukan riset pribadi agar sukses memerankan Wage. Bagi Rendra, ini tanggung jawab besar, harus ikhlas, kata Rendra.
Ia harus belajar main biola dan tap dance agar makin meyakinkan sebagai Wage. Rendra juga melakukan riset pribadi agar sukses memerankan Wage. Bagi Rendra, ini tanggung jawab besar, harus ikhlas, kata Rendra.
Bersama Kak Al dari Kopiers yang mengundang blogger Semarang |
Pada siang hari itu, hadir pula John De Rantau, sutradara ternama yang juga produser film Wage. Mengapa memilih Kota Lama Semarang sebagai tempat syuting selain karena memiliki keterikatan dengan Wage, lokasi Semarang juga masih asli serta strategis. Kru dan pemain Wage ini akan syuting selama 25 hari di Kota Lama Semarang, Magelang, Klaten, Jogja, Solo hingga Kalidadap Purworejo.
Agar filmnya lebih bergaung, usul Mimin, bagaimana jika film ini kelak dipasarkan lewat instansi Pemerintah daerah, sekolah dan kampus. Menggandeng berbagai pihak. Misalnya Pemerintah Jawa Tengah.
Jadi semacam film wajib tonton untuk anak sekolah dan mahasiswa, sebagai pembelajaran luar sekolah, untuk menambah kecintaan pada Tanah Air. Sehingga semua Kenal Lebih Dekat dengan Wage. Semangat ya para kru dan pemain Wage, semoga lancar dan sukses! Aamiin.
21 Komentar
wah seru kali ya nonton film biografi gini,pasti banyak yang ilmu dan jejak kenangan yang akan didapatkan.
BalasHapusIyaa, aku penasaran..
HapusWah bagus sepertinya filmnya ya mbak, menyorot sisi lain wage rudolf supratman, pantes siapa itu pernah liat ceweknya, soalnya acaa jejak petualang aku suka banget 😊
BalasHapusIya udah ngga ada ya sekarang acaranya
HapusSempet ketar ketir kirain bakalan diceritain kelahiran surabaya padahal di somongari purworejo,kebetulan ibuku dari sana juga jd pernah diceritain kl wr soepratman ini memang masih bayi uda dibawa ke surabaya
BalasHapusIya yaa, penasaran cerita hidupnya
HapusPenasaran!
BalasHapusKudu nobaar..
HapusBaju2nya juga pake yg jadul ya pas pers konfren (entahlah tulisannya gimana Mbak hehe). Penasaran ma filmna loh
BalasHapusIya mba, berasa lagi di tahun 1920 an hehe
Hapuskeren nih pasti filmnya
BalasHapusCan't wait!
Hapuswoww.. Eki Lamoh... jadi pengen dengerin edane lagi, eh :) setuju Min, film ini jadi film wajib tonton anak-anak Indonesia.
BalasHapusPasti keren nih Mbak film nya. Harus nonton deh sepertinya kalau dah tayang..
BalasHapuswah udah release yah
BalasHapuswih wih jadi gasabar pingin cepet-cepe lihat filmnya
BalasHapuskayaknya keren neh film, wajib nonton ini...
BalasHapusNgarep nanti bisa nonton filmnya bareng anak-anak. Salut dan kaguuum banget, di jaman itu beliau demikian hobi membaca novel, penggemar musik klasik, pintar tap dance, main biola dan juga piano. Saya yang lahir di era kemerdekaan, masih jauh level gemar membacanya di bandingkan beliau ini.
BalasHapusTapi meski begitu, boleh kan ikut merasa "tersanjung" karena hari lahir saya juga "wage".
waaaaah, pasti seru sekali ya mbaaaak :)
BalasHapusAku klo nonton film2 sejarah gini suka melankolis mak, suka bangga sendiri gtu jd org Indonesia wkwk
BalasHapusSemoga masih kebagian kalau tayang nanti... secara belum kenal dengan sosok ini secara mendalam
BalasHapus