Naik Kereta Uap Ambarawa-Tuntang, Membawa Kenangan Masa Lalu

    
Morning Lur,

Museum Kereta Api Ambarawa menjadi salah satu tujuan wisata utama di Ambarawa dan kereta wisata Amabarawa - Tuntang yang menjadi daya tarik utama karena pengunjung ingin merasakan sensasi naik kereta jaman kolonial tersebut. 

Kereta Wisata Ambarawa-Tuntang
Kereta api uap siap berangkat menuju Tuntang
Walau harga tiket kereta tergolong mahal yaitu Rp. 50.000 namun hal itu tak mengurangi antusiasme pengunjung terbukti dengan sering habisnya tiket yang dijual. Jadi untuk mengantisipasi hal itu disarankan untuk datang pagi dan langsung membeli tiket kereta.

Perlu diketahui kereta hanya dioperasikan pada Hari Minggu, dan hari libur nasional, dalam sehari ada tiga jadwal pemberangkatan yaitu pukul 10.00 , 12.00 dan 14.00 WIB. Perjalanan pulang pergi memakan waktu 1 jam.

Beruntungnya saat saya berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa, saya bisa mendapatkan tiket untuk keberangkatan jam 10.00 WIB, sambil menunggu kereta berangkat kita berkeliling dahulu di sekitar museum. 

Kereta Wisata Ambarawa-Tuntang
Museum Kereta Api Ambarawa
Museum Kereta Api Ambarawa memiliki koleksi kereta kuno yang masih terawat, bangunan stasiun pun masih berdiri dengan kokoh. Sekitar setengah jam sebelum keberangkatan, penumpang sudah mulai memasuki gerbong kereta untuk mencari tempat duduk dengan pemandangan yang bagus. 

Saya sarankan untuk duduk di bangku sebelah kanan dan gerbong paling belakang, karena pemandangan yang kita lihat dari balik jendela lebih indah dan kita bisa juga melihat melalui  pintu gerbong belakang tanpa terhalang lokomotif.

Namun bukan berarti bangku sebelah kiri menyuguhkan pemandangan jelek ya, tapi  pada beberapa tempat hanya ada pemandangan berupa rumah penduduk atau jalan raya, berbeda dengan bangku sebelah kiri yang menyuguhkan pemandangan Rawa Pening secara utuh.

Menunggu kereta api uap berangkat di museum kereta api Ambarawa
Ketika memasuki gerbong kereta wisata terasa sekali suasana masa lampaunya.
Ya, Stasiun Ambarawa yang dulu bernama Stasiun Willem I sangat bersejarah. Ambarawa adalah kota yang termasuk fase pertama pembangunan rel kereta api oleh Belanda dan diresmikan tahun 1873.
Pembangunan Stasiun Willem I ini seiring dibukanya jalur kereta api Semarang-Kedungjati-Ambarawa-Secang-Yogyakarta. Wow, keren ya, Lur!

Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschppij (NIS)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sujadi/museum-ka-uap-ambarawa-satu-satunya-di-dunia_54f98dc2a3331191658b495b
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschppij (NIS)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sujadi/museum-ka-uap-ambarawa-satu-satunya-di-dunia_54f98dc2a3331191658b495b
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschppij (NIS)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sujadi/museum-ka-uap-ambarawa-satu-satunya-di-dunia_54f98dc2a3331191658b495b
Kereta api uap ini cukup terawat, Lur
Gerbongnya berjumlah tiga dengan kapasitas 50 penumpang untuk tiap gerbong. Gerbong terbuat dari kayu lengkap dengan bangku kayu dan ornamen antik. 

Pada dinding gerbong dekat pintu terdapat plakat dengan tulisan yang lumayan menarik perhatian saya. Berikut isi tulisannya " It take only one hour but the memory of your railway mountain tour will last forever".  Hmmm, dalam sekali maknanya kan.

Kereta Wisata Ambarawa-Tuntang
Suasana di daam gerbng kereta api uap

" Tuiiit.." 
Tepat jam 10.00 petugas meniupkan peluit tanda kereta akan berangkat. Suasana dalam gerbong menjadi meriah, penumpang sangat menikmati  euforia naik kereta kuno. Penumpang mulai melambaikan tangan lewat jendela sambil tersenyum girang. Di dalam kereta, petugas masinis berkeliling untuk memeriksa tiket satu persatu sambil menyapa penumpang dengan ramah.

Kereta berjalan dengan lambat, perjalanan menuju Stasiun Tuntang pun dimulai, dengan bahan bakar diesel kereta melaju dengan kecepatan sekitar 5 - 10 Km/jam. Pemandangan awal yang disuguhkan adalah rumah penduduk dan jalan yang berada di sekitar museum.  Di sepanjang jalan yang dilewati kereta sudah ada beberapa tugas berjaga untuk mengatur lalu lintas kendaraan bermotor. 

Kereta Wisata Ambarawa-Tuntang
Penumpang kereta wisata menikmati suasana Tuntang

Sesekali bunyi klakson kereta terdengar untuk memberi tanda bahwa kereta akan lewat. Keluar dari area pemukiman, penumpamg mulai disuguhkan pemandangan indah dari persawahan dan Rawa Pening. Semilir angin di Rawa Pening masuk ke dalam gerbong menambah dingin suasana yang kebetulan saat itu mendung. Ketika melihat pemandangan dari pintu gerbong kereta bagian belakang, disitu saya bisa melihat view tanpa terhalang jendela, saya  merasakan kereta seolah membelah Rawa Pening menjadi dua bagian. 

Pemandangan lain yang tak kalah seru adalah kita bisa melihat aktivitas yang ada di Rawa Pening. Petani sedang bercocok tanam di sawah, beberapa orang memancing di tepi jalur rel, ada pula yang memancing dengan menggunakan perahu kecil. 

Kereta Wisata Ambarawa-Tuntang
Pemandangan persawahan sepanjang rute kereta api uap Ambarawa-Tuntang

Ternyata ada juga lho tempat penyewaan alat pancing, perahu kecil dan tempat penitipan motor di sekitar Rawa Pening, fasilitas sudah tersedia bagi yang punya hobi memancing.  Ada juga orang yang mengambil eceng gondok ditengah - tengah rawa, terlihat pula beberapa eceng gondok yang sudah dipotong dan dijemur di pinggir rel kereta. 

Perlu kita ketahui saat ini banyak sekali pengrajin tas ataupun perabot rumah tangga menggunakan bahan baku eceng gondok. Tak ketinggalan adanya warung apung sederhana di sekitar rawa, pastilah kita bisa makan sambil menikmati pemandangan Rawa Pening.

Setelah 30 menit perjalanan, kita sampai ke Stasiun Tuntang. 
 Disana kita diberi waktu 10 menit untuk melihat bangunan  stasiun yang dengan langgam kolonial dan masih berdiri kokoh. Di luar stasiun banyak pedagang yang menjajakan makanan dan minuman. Sementara itu lokomotif berpidah posisi dan dikaitkan ke gerbong paling belakang, peristiwa ini  menjadi atraksi yang menarik pula bagi pengunjung. 

Kereta Wisata Ambarawa-Tuntang
Penumpang tiba di Stasiun Kereta Api Tuntang
Saat perjalanan pulang saya memutuskan untuk keluar dan berdiri dipintu gerbong karena penasaran dengan lokomotifnya,  dari gerbong belakang saya bisa melihat lokomotif dengan jelas namun bau diesel cukup menyengat sehingga tidak bisa berlama-lama disitu.  

Ketika memasuki gerbong, suasana terasa sepi, pengunjung sudah mulai duduk tenang sambil menikmati pemandangan. Rasa kantuk mulai datang karena nikmatnya semilir angin yang masuk melalui jendela gerbong, mungkin dalam angannya mereka membayangkan suasana menaiki kereta ketika jaman kolonial dahulu sampai pada saatnya mereka terbangun karena terkejut mendengarkan suara klakson dari kereta api.

(Kontributor: Aryani Prabaningrum, Ungaran)




Posting Komentar

17 Komentar

  1. ahh mau donk kesini, beberapa kali cuma lewat doang hiks..

    pengen naek kereta api tut..tuut..tuut dari bandung ke ambarawa hihii

    BalasHapus
  2. Nanti kalau ke Semarang lagi..mau mampir sini

    BalasHapus
  3. Wah kalau ke Semarang mesti naik kereta ini nih. Dicatat deh duduk di belakang bangku kanan hehehe

    keluargahamsa(dot)com

    BalasHapus
  4. Kapan ya bisa jalan-jalan ke Jawa Tengah ....

    BalasHapus
  5. Keluarga saya pernah mengunjungi Musium Kereta Api Ambarawa ini, tapi gak sempat naik kereta uapnya. Terlalu sore ke sananya. Kapan-kapan harus nyobain naik kereta uap ini!

    BalasHapus
  6. Ini wisata sekaligus sarana wisata yang pas untuk keluarga :D

    BalasHapus
  7. Rawa pening dulu sering denger mb dew, cumak blom sempet aku menjelajahinya
    Enaknya pemandangan masi asri dwngan hamparan sawah

    BalasHapus
  8. Rawa pening dulu sering denger mb dew, cumak blom sempet aku menjelajahinya
    Enaknya pemandangan masi asri dwngan hamparan sawah

    BalasHapus
  9. Aku waktu ke Ambarawa cuma lihat museumnya saja, gak naik keretanya. Pas hari gak jalan soalnya. Asyik ya Mbak bisa merasakan naik kereta jaman baheula begini :)

    BalasHapus
  10. Itu sampai sekarang masih ada apa enggak pengen banget tpi yang umum 50.000

    BalasHapus
  11. Mba, tips biar dapat tiket yg jam 10 pagi gimana ya? Kita harus datang ke museum jam net ya?

    BalasHapus
  12. Jadi mampir di sini deeh. Mau sewa satu gerbong bisa ga yaaa

    BalasHapus