Cegah Anak-Anak Di Bawah Umur Berkendara!

Morning Lur,


Selamat Tahun Baru Hijriah ya Lur, 
Semoga kita bisa beribadah dan berbuat baik kepada sesama dengan lebih maksimal lagi, aamiin.
Kali ini Mimin mau curhat sedikit tentang anak-anak berkendara di jalan raya.

anak-anak berkendara (Foto: Sidomi.com)
Kemarin, Mimin naik ojek dan di sebelah Mimin itu ada angkot kuning tujuan Ungaran yang penumpangnya padat. Saking padatnya, anak-anak sekolah sampai bergelantungan di pintu. Dan yang bikin Mimin bergidik, dua orang siswa malah duduk di atas angkot yang melaju kencang. Dan mereka tertawa-tawa!

Kali lain, Mimin melihat anak-anak sekolah menyetop truk kosong dan berebutan memanjat ke baknya. Ya, mereka menumpang truk untuk bepergian. 

Hari lain, Mimin melihat banyak sekali anak usia sekolah, usia SD-SMA yang bebas mengendarai motor di jalan raya. Tertawa-tawa, tanpa mengenakan helm, mengebut seenak udelnya dan sudah bisa dipastikan, mereka tak punya kelengkapan untuk mengendarai kendaraan bermotor yaitu SIM dan STNK. 

Anak SD sudah ngebut (Foto:Selasar.com)

Belum hilang dari ingatan kita, anak seorang pesohor Tanah Air yang belum cukup umur, mengendarai mobil mewah dan mengakibatkan kecelakaan beruntun di jalan tol. Ia selamat tapi dengan beberapa kali operasi besar, sedangkan korban lainnya, melayang nyawanya. 

Semua itu karena si anak belum dibekali pengetahuan dan emosi cukup stabil untuk berkendara. Belum waktunya mengendarai mobil atau motor tapi sudah diberi kebebasan. Dan inilah yang banyak terjadi, tak hanya di Kabupaten Semarang. Tapi juga di banyak wilayah Indonesia.

Anak-anak bebas mengendarai motor atau mobil orangtuanya. 
Direstui untuk naik kendaraan sendiri kemana-mana. Walaupun belum cukup umur untuk memiliki SIM. Padahal, mengendarai motor atau mobil itu tak hanya membutuhkan skill atau keterampilan mengemudi. 

Ketika ada pengemudi yang ugal-ugalan dan ngebut, bahaya tidak hanya untuk si pelaku tapi juga pengendara lain. Nyawa adalah taruhannya. Dan melepas anak ke medan perang tanpa bekal dan ilmu yang cukup adalah hal yang membahayakan.

Apakah para orangtua sanggup menghadapi resikonya?

"Para remaja di bawah 17 tahun sudah seharusnya tidak mengendarai kendaraan karena mereka belum berhak mendapatkan surat izin mengemudi (SIM). Tingginya kecelakaan lalu lintas salah satunya disebabkan oleh ulah para remaja di bawah 17 tahun yang secara serampangan dalam berkendara," ujar Pemimpin Redaksi detikcom Arifin Asydhad (Sumber: detik.com)

Alasan Remaja Tidak Boleh Berkendara

Beberapa Alasan Remaja/Anak Dibawah Umur Tidak Boleh Berkendara Motor/ Mobil:

1. Remaja masih labil secara emosi.
2. Pengemudi remaja cenderung menganggap enteng (underestimate) bahaya.
3. Pengemudi remaja cenderung tidak dapat mengindentifikasi situasi yang membahayakan.
4. Pengemudi remaja cenderung untuk ngebut dan tidak menjaga jarak antar kendaraan.
5. Dari total kecelakaan yang mengakibatkan remaja di AS 39% dalam keadaan ngebut.
6. Pengemudi remaja lebih cenderung marah terhadap pengemudi lain (Pengemudi yang marah cenderung ngebut)

Setuju sekali, Yang lebih penting dari keterampilan mengemudi adalah kestabilan emosi. 
Pengendara yang baik harus memiliki keterampilan mengemudi dan kestabilan emosi. 
Layaknya medan perang, jalan raya adalah tempat yang berbahaya. Disanalah berkumpul tumplek-blek kendaraan jadi satu. Ada etika dan aturan untuk masing-masing pengendara agar semuanya aman dan nyaman berkendara, pulang ke rumah masing-masing dengan selamat.

Penelitian terbaru membuktikan bahwa anak-anak dibawah umur dilarang berkendara ada bagian otak mereka yaitu bagian yang bertugas mengukur bahaya, belum berkembang sepenuhnya pada anak. Karena itulah, anak-anak dibawah umur, dibawah 17 tahun sering mengendarai motor atau mobil ugal-ugalan. Efek perkembangan otak mereka. (Sumber: Bobo No. 51, Maret 2016)

Mimin pernah punya pengalaman buruk di jalan.
Suatu hari, Mimin dibonceng suami naik motor. Dan ketika motor menyeberang jalan, Mimin dan suami ditabrak oleh anak-anak mengendarai motor ayahnya, ngebut, tanpa helm. Dan anak itu bersimbah darah. 

Ayah si anak datang dan juga sama kelakuan si anak, tidak pakai helm, mengebut plus marah-marah.
Lalu tercekat ketika suami Mimin dan orang-orang menjelaskan kalau si anak adalah pelaku penabrakan. Ia ketakutan. Ya, anak usia SMP dilepas ke jalan raya tanpa helm tanpa SIM dan STNK.
Siapa yang bersalah kalau bukan orangtuanya?

Untungnya, kami selamat. Anaknya luka, berlumuran darah tapi selamat. 
Maka pelajaran apa lagi yang perlu diberikan agar para orangtua sadar? 
Bahwa jalanan bukan tempat bermain untuk anak sekolah? 
Bahwa naik motor bertiga bahkan berempat di jalan raya itu sama sekali tidak keren?
Bahwa bersimbah darah di jalanan beraspal itu menyakitkan?
Bahwa mobil dan motor bukan mainan untuk menyenangkan hati anak?
Bahwa memngijinkannya berkendara di usia dini sama saja menyakiti anak?

Lebih baik anak-anak kita jalan kaki, naik kendaraan umum, atau diantar jemput sekolah daripada memberinya motor atau mobil yang ia belum berhak untuk itu.

Tak salah untuk mengajarinya mengendara sejak dini, tapi bukan berarti membebaskan anak dan remaja kita untuk berkeliaran di jalan raya. Toh, ada waktunya ketika mereka sudah cukup umur dan dewasa untuk mengendarai, baru orangtua membelikannya kendaraan sebagai hadiah. 

Bersabarlah, Ayah & Bunda.
Mari kita jaga bersama keselamatan kita. 
Kesadaran berkendara sebaiknya dimulai dari rumah.
Mari kita memberi contoh yang baik pada anak.
Kebiasaan baik sejak dari rumah.
Semoga tak ada lagi tangis pilu penyesalan mengalir karena kelalaian kita.



Posting Komentar

2 Komentar

  1. setuju mbaa...ini lagi ekstra keras mengingatkan anak sulung yang udah bisa naik motor di kampung aja *bikin deg2ann pikiran dan hati

    BalasHapus
  2. paling ngeri liat anak naik motor, apalagi mereka suka sambil becanda, saya ga segan negur atau ngomel kalau mereka masuk blok tmpt saya tinggal

    BalasHapus